Pewarnaan Mikroba  

Posted by: Diah Lutfi Ani in , , ,


A.   PEWARNAAN TUNGGAL NEGATIF
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tesebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan bakteri, sehingga bakteri dapat terlihat jelas dan mudah diamati.
Pewarnaan bakteri memiliki beberapa tujuan diantaranya untuk memudahkan melihat mikroba dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk mikroba, melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, dan menghasilkan sifat - sifat fisik dan kimia khas dari bakteri dengan zat warna.
Prosedur pewarnaan yang mengahsilkan pewarnaan mikroba dinamakan pewarnaan positif. Dalam prosedur ini dapat digunakan zat warna basa yang bermuatan positif  maupun zat warna asam yang bermuatn negatif. Sebaliknya pewarnaan negatif yang diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroba yang tidak berwarna. Pewarnaan negatif ini bukan untuk mewarnai bakteri, melainkan untuk mewarnai latar belakangnya menjadi gelap. Caranya secara umum dengan mencampur mikroba dalam setetes tinta bak / tinta cina / tinta india ( Negrosin ) lalu meyebarkan diatas kaca objek yang bersih.
Pewarnaan negatif menyebabkan mikroba kelihatan transparan ( tembus pandang ) dan tampak jelas pisah diatara medan yang gelap karenape warnaan ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Berbeda dengan metode pewarnaan yang lain, pada pewarnaan negatif tidak mengalami pemanasan atau perlakuan lain dengan dengan bahan kimia. Berhasil tidaknya metode ini tergantung pada kaca objek yang harus betul - betul bersih. Jumlah Negrosin yang digunakan menentukan keberhasilan pewarnaan dan campuran mikoorganisme harus digesekkan diatas kaca objek, bukan sekedar didorong.
Ciri - ciri pewarnaan negatif adalah menggunakan zat warna yang bermuatan negatif. Tujuannya agar zat warna tidak mewarnai permukaan sel yang bermuatan negatif. Pewarnaan negatif bukan pewarnaan mikroba, karena sel mikroba tetap tidak berwarna setelah penambahan zat warna.
Kesalahan yang sering dilakukan pada pewarnaan negatif yakni preparat ulas terlalu tebal dan terlalu tipis. Bila preparat terlalu tebal menyebabkan lingkungan sekitar bakteri gelap dan mikroba tidak dapat dibedakan dengan lingkungan disekelilingnya. Namun, bila preparat terlalu tipis tidak terjadi kontras yang tajam antara mikroba dengan lingkungan sekitar.

B.   PEWARNAAN GRAM
Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme karena zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan lingkungannya ditingkatkan.


Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan diferensial yang bayak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi guna pencirian dan identifikasi bakteri. Pewarnaan gram memilahkan bakteri menjadi kelompok Gram positif dam Gram negatif. Bakteri Gram positif berwarna ungu karena bakteri tersebut mengikat kompleks zat warna kristal ungu - iodium, sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah karena mengikat zat warna sekunder yang berwarna merah. Perbedaan hasil dalam pewarnaan ini disebabkan perbedaan struktur dinding sel bakteri dan perbedaan kandungan asam ribonukleat antara bakteri Gram positif dan Gram negatif. Pewarnaan dengan zat warna yang mengandung yodium menyebabkan amilopektin berwarna biru atau keunguan, sedangkan glikogen berwarna merah kecoklatan atau merah keunguan. Dengan melakukan pewarnaan sangat memungkinkan kita untuk melihat bakteri dengan jelas, tetapi tidak dapat membedakan jenis - jenis bakteri yang berbeda dengan morfologi yang sama. Teknik pewarnaan gram haruslah sesuai prosedur karena dapat mengakibatkan kesalahan identifikasi data apakah gram positif atau gram negatif sehingga diperlukan adanya praktikum ini dilakukan agar mengetahui jalanya mekanisme pewarnaan gram.


Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan - larutan berikut          : zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol ( bahan pemucat ), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram ( 1853 – 1938 ) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumonia. Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif ( berwarna ungu / biru ) dan bakteri Gram negatif ( berwarna merah ).


Perbedaan dua kelompok bakteri ini didasarkan pada kemampuan sel menahan ( mengikat ) warna ungu dari kristal violet selama proses dekolorisasi oleh alkohol. Bakteri gram positif tidak mengalami dekolorisasi karena tetap mengikat warna ungu kristal violet dan pada tahap akhir pengecatan tidak terwarnai safranin. Bakteri gram negatif mengalami dekolorisasi oleh alkohol dan pada tahap akhir pengecatan terwarnai menjadi merah oleh safranin. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pewarnaan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel.

This entry was posted on 20.02.00 and is filed under , , , . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar

Thanks for Visiting