Korosi dan Cara Pencegahannya
Posted in Kimia, Sintesis Senyawa Kimia, Stembayo, Tugas
undefined
undefined
Korosi adalah kerusakan atau degradasi
logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam
bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Korosi dapat juga diartikan
sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia
dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan
bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih
mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk
senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama
pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan
korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Korosi atau perkaratan sangat lazim
terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada
peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang
bersifat rapuh serta berpori. Rumus kimia
dari karat besi adalah Fe2O3.nH2O. Bila
dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat.
Peristiwa korosi sendiri merupakan proses
elektrokimia, yaitu proses perubahan/reaksi kimia yang melibatkan adanya aliran
listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda
negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda
positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda. Elektron yang lepas
dari anoda ini akan berjalan menuju katoda melalui konduktor yang menghubungkan
antara anoda dengan katoda. Selanjutnya katoda menerima elektron dari anoda
untuk selanjutnya bereaksi secara kimia dengan elektrolit. Berikut ini
merupakan proses terjadinya karat:
1. Besi dioksidasi oleh H2O
atau ion hydrogen
Fe(s)
→ Fe2+(aq) + 2e- (oksidasi)
2H+
(aq) → 2H(aq) (reduksi)
2. Atom-atom H bergabung menghasilkan H2
2H(aq) → H2(g)
3. Atom-atom H bergabung dengan oksigen
2H(aq) + ½ O2(aq)
→ H2O(l)
4. Jika konsentrasi H+ cukup tinggi (pH
rendah), maka terjadi reaksi
Fe + 2H+ (aq)
→ 2H(aq) + Fe2+ (aq)
2H(aq) → H2(g)
5. Ion Fe2+ juga bereaksi dengan oksigen
dan membentuk karat (coklat kemerah-merahan) dengan menghasilkan ion H+
yang selanjutnya direduksi menjadi H2-
4Fe2+ (aq)
+ O2(aq) + 4H2 O(l) + 2nH2O(l)
→ 2Fe2O3.nH2O(s) + 8H+
Reaksi totalnya menjadi :
4Fe(s) + 3O2(aq)
+ 2n H2O(l) → 2Fe2O3.nH2O(s)
6. Ion besi (II) yang terbentuk pada
anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi (III) yang kemudian membentuk
senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.nH2O.
Dari reaksi terlihat bahwa korosi melibatkan adanya gas
oksigen dan air. Karena itu, besi yang
disimpan dalam udara yang kering akan lebih awet bila dibandingkan ditempat
yang lembab.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat
sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun
berbagai konstruksi dari besi lainnya. Siapa di antara kita tidak kecewa bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah
keropos karena korosi. Pasti tidak ada.
Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi itu,
sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi.
Pencegahan Korosi
1. Mencegah Kontak dengan Oksigen
dan/atau Air
Korosi
besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa
korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan
cat, oli, maupun logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti
seng dan krom). Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga)
sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah
atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi.
2. Perlindungan Katoda (Pengorbanan Anoda)
Besi
yang dilapisi atau dihubungkan dengan logam lain yang lebih aktif akan
membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi
hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai
anoda, dan mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini, besi sebagai katoda,
terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman
terlindungi selama logam pelindungnya masih ada/belum habis. Untuk perlindungan
katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium (Mg).
Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.
3. Membuat Alloy
Alloy adalah paduan logam yang
bersifat tahan karat, misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi
baja stainless (72% Fe, 19% Cr, 9% Ni). Alloy dengan dua komponen disebut alloy
binary, 3 komponen disebut alloy ternari; dan 4 komponen disebut alloy
quaternari. Hasilnya adalah zat metalik dengan sifat berbeda dari komponennya.
Alloy biasanya didesain untuk memiliki sifat yang lebih menguntungkan dibanding
dengan komponennya. Misalnya, baja lebih kuat dari besi, salah satu elemen
utamanya, dan kuningan lebih tahan lama dari tembaga, tapi lebih menarik dari
seng.
Faktor yang Mempengaruhi Korosi
1. Kelembaban udara
2. Kontak dengan elektrolit
3. Kontak dengan pengotor
4. Zat terlarut pembentuk asam (CO2,
SO2) atau tingkat keasaman
5. Adanya O2
6. Kontak dengan logam lain yang kurang
aktif (logam nikel, timah, tembaga)
7. Keadaan logam besi itu sendiri
(kerapatan atau kasar halusnya permukaan)
8. Lapisan pada permukaan logam
9. Letak logam dalam deret Volta (deret
potensial logam untuk mengalami reduksi)
Diolah dari :
dengan
perubahan seperlunya
This entry was posted
on 18.54.00
and is filed under
Kimia,
Sintesis Senyawa Kimia,
Stembayo,
Tugas
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.