Oleh : Diah
Lutfi Ani
“Menyelamatkan lingkungan hari ini
sama artinya dengan menyelamatkan masa depan dunia. Save mangrove,
save earth.” (Cristiano Ronaldo, Duta Mangrove untuk Bali)
Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia dengan luas perairan sebesar ⅔ dari luas wilayahnya. Tak
heran jika sejak jaman dulu Indonesia disebut sebagai negara maritim. Letaknya
yang strategis di antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik menjadi salah satu hal yang membuat Indonesia menjadi istimewa.
Keistimewaan tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan
pantai-pantai yang indah dan kaya akan sumber daya laut. Namun, sayangnya
Indonesia belum mampu mengelolanya secara optimal. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya penguasaan masyarakat mengenai pengetahuan dan teknologi kelautan
yang belum mumpuni. Selain itu, kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
kelautan yang masih jauh dari kata sempurna juga menjadi salah satu faktornya.
Kurangnya penguasaan masyarakat mengenai pengetahuan
dan teknologi kelautan yang belum mumpuni mengakibatkan ekosistem pantai yang
seharusnya senantiasa dijaga kelestariannya menjadi rusak, salah satunya akibat
abrasi oleh hantaman gelombang air laut. Menurut Info Kampus Indonesia, abrasi
adalah suatu proses pengikisan tanah/pantai yang disebabkan oleh hantaman
tenaga gelombang laut, arus laut, sungai, pasang surut laut, gletser dan angin
yang bersifat merusak di sekitarnya. Abrasi disebut juga dengan erosi pantai.
Abrasi yang terus-menerus terjadi mengakibatkan
bibir pantai menjadi terkikis, bahkan abrasi telah mengakibatkan kerusakan yang
cukup parah pada rumah-rumah warga di tepi Pantai Samas, Srigading, Sanden Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Parahnya dampak dari abrasi tersebut dikarenakan
tidak adanya suatu penghalang ombak di tepi pantai, baik berupa beton pemecah
ombak atau tanaman pemecah ombak seperti mangrove atau yang lebih popular
dengan sebutan mangrove. Hutan mangrove yang terletak di tepi pantai dapat
melindungi pantai dari hantaman ombak besar dengan memecahnya menjadi
ombak-ombak kecil yang tidak berbahaya sehingga kerusakan yang ditimbulkan dapat
berkurang.
Kurangnya informasi berupa sosialisasi mengenai
pentingnya konservasi mangrove dari pemerintah khususnya Dinas Kelautan dan
Perikanan di daerah setempat mengakibatkan konservasi mangrove di masyarakat
menjadi kurang maksimal. Kegiatan sosialisasi yang bertujuan untuk menyadarkan
masyarakat tentang pentingnya mangrove sehingga mereka tidak hanya memanfaatkan
hasil mangrove, tapi juga ikut melestarikannya menjadi tidak tersampaikan. Masih
banyak masyarakat yang belum mengetahui pentingnya konservasi mangrove bagi
kelangsungan ekosistem pantai. Bahkan, sebagian masyarakat terkesan cuek dan
tidak peduli terhadap kelangsungan ekosistem pantai.
Baru-baru ini, bintang sepakbola internasional
Cristiano Ronaldo dinobatkan sebagai Duta Mangrove untuk Bali. Kepeduliannya
untuk memperjuangkan konservasi mangrove tersebut patut kita contoh. Seorang
bintang sepakbola internasional seperti Cristiano Ronaldo saja peduli terhadap
kelangsungan ekosistem pantai di Indonesia yang notabene bukan negara asalnya.
Bagaimana dengan masyarakat Indonesia sendiri, khususnya para generasi muda?
Dari hal tersebut dapat kita ambil sebuah
alternative solusi untuk mengembangkan jiwa kebaharian pada generasi muda
Indonesia, yaitu dengan adanya sosialisasi pentingnya konservasi mangrove oleh
sang idola. Tidak hanya Cristiano Ronaldo saja yang dapat menginspirasi, tetapi
juga para idola dari berbagai bidang keahlian maupun profesi. Sang idola saja
peduli, mengapa kita tidak? Dengan sosialisasi melalui pendekatan persuasive
dari sang idola yang lebih “mengena” tersebut, diharapkan para generasi muda
Indonesia menjadi lebih peduli akan masa depan kebaharian di negeri ini, khususnya
mengenai pentingnya konservasi mangrove bagi kelangsungan ekosistem pantai
Indonesia.
Peran Masyarakat Indonesia dalam
Menjaga Ekosistem Pantai
"Kita ini punya potensi
kelautan luar biasa. Semangat bahari ini harus dibangkitkan dari semua pihak.
Karena urusan bahari bukan urusan sektor tertentu saja," (Muhammad Nuh,
Menteri Pendidikan Nasional RI)
Menurut
Menteri Pendidikan Nasional RI, Muhammad Nuh, Indonesia memiliki potensi
kelautan yang luar biasa. Namun, sejauh ini baru sebagian masyarakat saja yang sudah
berperan aktif dalam menjaga ekosistem pantai, terutama koservasi mangrove.
Padahal, kepekaan terhadap kondisi ekosistem pantai Indonesia yang saat ini semakin
memprihatinkan tidak hanya harus dimiliki oleh masyarakat yang bertempat
tinggal di daerah pesisir saja, melainkan seluruh lapisan masyarakat di
Indonesia. Upaya-upaya masyarakat dalam menjaga ekosistem pantai, terutama
konservasi mangrove tersebut haruslah mendapatkan dukungan penuh dari
pemerintah, terutama dari Dinas Kelautan dan Perikanan daerah setempat. Selain
itu, Dinas Kelautan dan Perikanan dareah setempat juga harus lebih gencar dalam
menggalakkan program pelestarian ekosistem pantai agar tidak hanya masyarakat
pesisir saja yang berperan di dalamnya, melainkan seluruh masyarakat di
Indonesia.
Kelemahan
masyarakat Indonesia saat ini salah satunya adalah kurang peka akan kelestarian
dan keberlanjutan sumberdaya ekosistem pantai. Apabila hal ini tidak ditanggapi
secara serius, hal ini dapat menimbulkan dampak yang cukup berbahaya ke
depannya. Tidak mungkin kita hanya menikmati keindahan suatu tempat tanpa
memikirkan dampak jangka panjangnya bagi generasi penerus. Namun demikian,
tidak semua masyarakat Indonesia seperti itu. Perlahan tapi pasti kepedulian
masyarakat akan kelestarian ekosistem pantai telah terbentuk. Kepedulian
masyarakat tersebut dapat dilihat dari munculnya lembaga-lembaga sosial yang
bergerak di bidang kebaharian. Lembaga tersebut bertujuan untuk mengajak
masyarakat Indonesia untuk lebih peduli terhadap kelestarian ekosistem pantai.
Sejauh
ini, lembaga-lembaga sosial yang mengajak masyarakat Indonesia untuk ikut serta
dalam menjaga ekosistem pantai tidak selalu berkaitan langsung dengan upaya
penanggulangan masalah kerusakan sumber daya alam, tetapi juga hal-hal yang
berkaitan dengan usaha ekonomi alternatif yang tidak merusak lingkungan. Contohnya
dalam budi daya rumput laut dan alga merah yang memang meniliki keuntungan dari
segi financial. Selain berupaya untuk menyelamatkan ekosistem pantai,
masyarakat mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan rumput laut dan alga
merah yang mereka budi dayakan. Secara tidak langsung kesejahteraan keluarga
mereka juga dapat meningkat oleh pendapatan tambahan tersebut. Akan tetapi,
kebanyakan masyarakat yang berperan dalam hal ini adalah orang dewasa. Masih
sedikit generasi muda yang mau ikut serta dalam upaya menyelamatkan ekosistem
pantai Indonesia dari kerusakan, terutama dalam konservasi mangrove. Padahal, Dinas
Kelautan dan Perikanan daerah setempat telah berusaha untuk menyampaikan
pentingnya konservasi mangrove bagi kelestarian ekosistem pantai Indonesia. Lembaga-lembaga
sosial pun secara swadaya telah berusaha keras untuk menyampaikannya. Namun,
hal ini dirasa kurang menarik minat para generasi muda untuk menyimaknya yang
menganggap bahwa mengikuti sosialisasi dari keduanya merupakan hal yang
membosankan.
Konservasi Mangrove untuk Masa
Depan Kebaharian Indonesia
“Tanah air kita
luas. Hutan kita luas, sekitar 130 juta hektar. Sekitar 3,7 juta hektarnya
adalah hutan mangrove. Mari kita jaga, mari kita rawat, mari kita tanam, kemudian kita pelihara supaya
subur dan lingkungan Indonesia kembali baik.” (Susilo Bambang Yudhoyono,
Presiden RI)
Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 UU No. 5 tahun 1990, konservasi
adalah upaya dan tindakan pelindungan
termasuk pengelolaan sumber daya dan pemanfaatannya secara bijaksana dalam
rangka memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi masa mendatang. Dari
pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa konservasi mangrove adalah
segala bentuk upaya dan tindakan perlindungan terhadap mangrove yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi masa mendatang.
Mangrove adalah sejenis pohon yang tumbuh di daerah
perairan dangkal dan daerah intertidal atau daerah batas antara darat dan laut
dimana pengaruh pasang surut masih terjadi. Mangrove tumbuh di daerah tropis
dan subtropis dan berfungsi sebagai pelindung pantai dari terjangan gelombang
secara langsung. Jadi, bisa dikatakan bahwa hutan mangrove berperan besar untuk
mencegah terjadinya abrasi atau pengikisan bibir pantai. Selain itu, hutan mangrove
meiliki banyak fungsi, antara lain sebagai penahan banjir air pasang atau rob,
pelindung dari gelombang tsunami, sumber makanan serta oksigen biota laut dan
menjadi rumah atau tempat dari berbagai macam fauna, bahkan beberapa
diantaranya masuk ke dalam daftar fauna langka yang harus dilindungi.
Indonesia memiliki kawasan mangrove terbesar se-Asia
Tenggara. Istimewanya, hutan mangrove Indonesia menyandang gelar sebagai hutan
mangrove terbaik di kawasan Asia karena mangrove di Indonesia memiliki bentuk
yang tinggi, sedangkan di kawasan lain tumbuh sangat kerdil. Namun, kebanggaan-kebanggan
ini menjadi sebuah ironi ketika tercatat bahwa lebih dari 40 % hutan mangrove
di Indonesia kondisinya sangat memprhatinkan.
Kementerian Kehutanan mencatat dari total kawasan
mangrove Indonesia seluas 3,7 juta hektar, 1,5 juta hektarnya memiliki kondisi
yang sangat memprihatinkan. Dengan kondisi seperti itu, maka konservasi
mangrove sangatlah diperlukan untuk memperbaiki ekosistem pantai guna masa
depan kebaharian Indonesia yang lebih baik. Terancamnya keberadaan hutan
mangrove berarti terancam pula ekosistem yang ada di dalamnya. Hilangnya hutan
mangrove di daerah rawa dapat berujung pula pada punahnya fauna-fauna yang ada
disana. Sedangkan hilangnya hutan mangrove di daerah pantai dapat berujung pada
kerusakan parah akibat gelombang yang
terus-menerus melanda kawasan pantai tanpa struktur penghalang. Tidak hanya
flora dan fauna, kerusakan ekosistem-ekosistem itu juga akan berdampak pada
kehidupan manusia terutama bagi mereka yang menggantungkan hidupnya di perairan
atau tinggal disekitar laut. Oleh karena itu, konservasi mangrove sebagai
sarana untuk menyelamatkan ekosistem pantai Indonesia sangat diperlukan bagi
masa depan kebaharian Indonesia yang lebih baik.
Bagaimana Memberikan Sosialisasi
mengenai Pentingnya Konservasi Mangrove di Indonesia?
Mengikuti sosialisasi adalah hal
yang membosankan, begitulah opini yang beredar di sebagian besar masyarakat
Indonesia. Tak heran jika animo masyarakat Indonesia dalam mengikuti
sosialisasi masih sangat kurang, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan
kepedulian sosial terhadap kelestarian lingkungan hidup. Begitu pula dengan
kesadaran masyarakat Indonesia yang masih kurang terhadap upaya konservasi
mangrove demi masa depan kebaharian negeri ini. Tidak hanya masyarakat pesisir
saja, tetapi hampir seluruh masyarakat Indonesia. Kondisi tersebut
mengakibatkan timbulnya sikap acuh tak acuh pada masyarakat, mereka terkesan
tidak peduli terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Padahal, masyarakat
sendiri yang akan menanggung akibatnya kelak jika lingkungannya telah rusak.
Sosialisasi biasanya diidentikkan dengan hal yang
membosankan, menjemukan, bertele-tele, dan membuat mengantuk karena
penyampaiannya yang formal dan dianggap hanya seperti itu-itu saja. Sedangkan,
masyarakat Indonesia tidak menyukai hal-hal tersebut. Pada umumnya masyarakat
Indonesia akan tertarik dengan suatu hal yang baru yang unik dan menarik.
Hal-hal dimana mereka dapat mendapatkan pengalaman baru yang bermanfaat bagi
mereka kelak atau bahkan keuntungan dari segi financial. Bagi generasi muda,
tentu saja yang menarik minatnya terhadap suatu hal adalah keberadaan sang tokoh
idola di dalamnya.
Dalam konsep sosial, seseorang memiliki
kecenderungan meniru apa yang dilakukan atau dikenakan oleh tokoh idolanya. Kecenderungan
ini disebut dengan imitasi. Imitasi secara umum dimaksudkan sebagai proses
sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan,
gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Akan tetapi, kebanyakan sikap
imitasi ini malah cenderung kearah negative karena proses meniru yang
berlebihan. Oleh karena itu, sikap imitasi ini perlu diarahkan ke hal-hal yang
bersifat positif. Misalnya dengan ikut serta dalam program pemerintah. Berangkat
dari fenomena tersebut dapat diambil sebuah solusi alternative untuk
menimbulkan jiwa kebaharian khususnya kepedulian terhadap konservasi mangrove,
yaitu dengan memanfaatkan kesukaan terhadap tokoh idola tersebut sebagai motivator
bagi para generasi muda Indonesia.
Terkait dengan konservasi mangrove demi masa depan
kelestarian ekosistem pantai Indonesia, peran para tokoh idola sebagai
motivator dapat dimaksimalkan untuk memberikan sosialisasi yang lebih menarik bagi
para generasi muda. Dengan demikian, anggapan para generasi muda bahwa
mengikuti sosialisasi adalah hal yang membosankan dapat hilang karana adanya
tokoh idola mereka di situ. Mereka pun akan lebih tertarik untuk mengikuti
sosialisasi yang disampaikan melalui pendekatan persuasive oleh sang tokoh
idola terebut. Apalagi, saat ini telah cukup banyak tokoh idola yang ikut serta
dalam program pelestarian lingkungan hidup di Indonesia, baik yang merupakan
program pemerintah maupun lembaga-lembaga sosial. Bahkan, tidak sedikit
diantara mereka yang merupakan seorang duta aktif yang kinerjanya sering
diekspos oleh media. Dalam peran tersebut mereka tidak hanya sekadar menumpang
nama atau mencari ketenaran semata, melainkan karena rasa kepedulian mereka
yang benar-benar tinggi terhadap kelangsungan hidup anak cucu kelak.
Sosialisasi mengenai pentingnya
konservasi mangrove oleh sang idola pasti akan lebih “mengena” bagi para
generasi muda. Melalui kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya konservasi
mangrove bagi masa depan kebaharian Indonesia ini diharapkan sikap generasi
muda Indonesia yang cenderung meniru tokoh idolanya dapat disalurkan secara
positif dan dapat bermanfaat bagi masa depan melalui upaya pelestarian
ekosistem pantai yang kini kondisinya semakin memprihatinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Riana.
2012. Mendikbud : Kelola Bahari Lewat Pendidikan.
http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/17/16244810/Mendikbud.Kelola.Bahari.Lewat.Pendidikan. Diakses pada tanggal 8 Juli 2013.
Anonim. . Ekosistem
Pesisir dan Pengelolaannya di Indonesia. http://www.terangi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=153:ekosistem#ixzz2YiaLMbxl. Diakses pada tanggal 10 Juli 2013.
Djago, Daeng.
2013. Jadi Duta Mangrove
Terinspirasi Korban Tsunami. http://bantenposnews.com/berita-3647-jadi-duta-mangrove-terinspirasi-korban-tsunami.html. Diakses pada tanggal 8 Juli 2013.
Kristanto, Tri
Agung. 2013. Cristiano Ronaldo
Perjuangkan Konservasi Mangrove di Indonesia. http://regional.kompas.com/read/2013/03/11/22355276/Cristiano.Ronaldo.Perjuangkan.Konservasi.Mangrove.di.Indonesia. Diakses pada tanggal 8 Juli 2013.
Sunny. .
Hutan Bakau, Benteng yang Terancam Runtuh.
http://www.leadership-park.com/new/green-page/hutan-bakau-benteng-yang-terancam-runtu.html. Diakses pada tanggal 11 Juli 2013.
This entry was posted
on 19.07.00
and is filed under
Esai,
KIR,
Stembayo
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.