Oleh : Diah
Lutfi Ani
Sekolah Menengah
Kejuruan atau yang biasa disebut dengan SMK merupakan sekolah menengah atas
yang bertujuan untuk mempersiapkan lulusan yang cerdas, siap kerja, dan
kompetitif. Untuk mempersiapkannya tentu saja dilakukan beraneka ragam kegiatan
pembelajaran. Mulai dari pembelajaran produktif atau kejuruan sebagai dasarnya,
pembelajaran normatif-adaptif sebagai
penunjangnya, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler sebagai sarana untuk
menyalurkan minat dan bakat siswa.
Pembelajaran
produktif atau kejuruan memiliki proporsi yang besar dalam kegiatan belajar
mengajar di SMK, paling tidak selama tiga hari dalam seminggu atau selama 18
jam pelajaran dengan asumsi setiap jam pelajaran adalah selama 45 menit.
Pembelajaran ini disesuaikan dengan jurusan dimana siswa berada, bisa di
laboratorium bagi jurusan Kimia Industri
dan Kimia Analisis atau di bengkel bagi jurusan seperti Teknik Pemesinan, Teknik Kendaraan
Ringan, maupun Teknik Perbaikan Bodi Otomotif. Bahkan, jurusan tertentu seperti Teknik Gambar Bangunan dan
Geologi Pertambangan terkadang melakukan pembelajaran ini di lapangan secara
langsung untuk mempraktikkan apa yang telah dipelajari.
Pembelajaran
normatif adaptif atau yang biasa disebut dengan pelajaran teori merupakan
pembelajaran yang proporsinya lebih sedikit daripada pembelajaran produktif.
Pelajaran-pelajaran yang ada dalam
kelompok pembelajaran normatif-adaptif bertujuan untuk menunjang pembelajaran produktif yang
telah diperoleh siswa di jurusannya masing-masing. Selain itu,
pembelajaran normatif-adaptif juga bertujuan untuk membentuk karakter siswa melalui
kegiatan belajar mengajar.
Kidaf atau Kimia Adaptif merupakan salah satu pelajaran
adaptif yang ada di SMK. Kehadirannya di jadwal pelajaran
para siswa jurusan Kimia tentu tidak akan menjadi masalah karena mereka sudah terbiasa
menghadapi kompleksnya pelajaran Kimia Produktif yang diajarkan di jurusannya, selain itu dengan
mempelajari Kimia Adaptif akan memperdalam
wawasan
mereka mengenai ilmu kimia.
Namun, terkadang pelajaran Kimia Adaptif
membuat siswa dari jurusan selain
kimia menjadi merasa takut atau bahkan enggan untuk menghadapinya.
Kimia
Adaptif bagi Siswa SMK
Banyak siswa SMK menganggap bahwa
Kimia Adaptif adalah pelajaran yang sulit, bahkan lebih sulit daripada Matematika.
Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman dan pengertian siswa mengenai
materi Kimia Adaptif yang diajarkan, metode pembelajaran Kimia Adaptif yang monoton
dan membosankan, serta banyaknya opini masyarakat seakan memperkuat pernyataan
bahwa Kimia Adaptif adalah pelajaran yang sulit.
Memang, proporsi
jam pelajaran Kimia Adaptif di SMK tidaklah banyak. Hanya dua jam pelajaran
saja setiap minggunya, itupun hanya selama 90 menit. Tatap muka yang singkat
tidak sebanding dengan banyaknya materi yang harus dipelajari. Hal tersebut menjadi salah satu faktor kurangnya pemahaman
para siswa mengenai Kimia Adaptif.
Permasalahan yang dialami oleh para siswa SMK adalah
untuk memahami materi Kimia Adaptif yang sebagian besarnya didasarkan pada
praktikum. Tak dapat dipungkiri bahwa untuk memahami materi yang didasarkan
pada praktikum perlu diadakannya sebuah percobaan atau simulasi sederhana untuk
melihat secara langsung bagaimana proses kerja suatu percobaan. Sayangnya, di
SMK tidak ada alokasi jam pelajaran yang dikhususkan untuk kegiatan praktik
pembelajaran adaptif. Salah satu alternative untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan menggunakan aplikasi multimedia sebagai penunjang proses
pembelajaran Kimia Adaptif. Aplikasi ini menyajikan simulasi praktikum Kimia
Adaptif dalam format digital sehingga para siswa SMK dapat lebih mudah memahami
materi pembelajaran Kimia Adaptif tanpa harus melakukan praktikum secara
langsung.
Mengapa Aplikasi Multimedia Dibutuhkan untuk Menunjang Pembelajaran
Kimia Adaptif bagi Siswa SMK?
Selain karena tidak adanya alokasi jam pelajaran
yang dikhususkan untuk kegiatan praktik pembelajaran adaptif, fasilitas
belajar-mengajar yang dimiliki oleh setiap SMK tidaklah sama. Untuk
melaksanakan praktikum Kimia Adaptif tentu kita harus mempersiapkan banyak hal
mulai dari alat-alat, bahan-bahan, maupun ruangan khusus untuk melaksanakan
praktikum itu sendiri. Hal tersebut tidak akan menjadi masalah bagi SMK dengan
fasilitas belajar-mengajar yang telah memadai atau bagi SMK dengan jurusan
Kimia. Namun, hal tersebut dapat menimbulkan kendala bagi SMK yang fasilitas belajar-mengajarnya
belum cukup memadai, terutama dalam menyediakan ruangan khusus dan
mempersiapkan bahan-bahan kimia yang terkenal dengan harganya yang tidak murah.
Pada masa modern saat ini siswa tidak harus
melaksanakan praktikum untuk memahami sebuah materi Kimia Adaptif. Pemahaman
tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan aplikasi multimedia seperti
animasi, flash, maupun program aplikasi untuk menunjang proses pembelajaran
Kimia Adaptif. Walaupun sebagian aplikasi multimedia tersebut masih berisi
materi pembelajaran Kimia Adaptif yang sederhana, tetapi paling tidak dengan
adanya aplikasi tersebut dapat mempermudah para siswa SMK dalam memahami materi
pembelajaran Kimia Adaptif tanpa harus melakukan praktikum secara langsung.
Sebagian besar aplikasi multimedia yang dapat
ditemui adalah mengenai materi pembelajaran asam dan basa. Aplikasi tersebut
menampilkan animasi perubahan warna pada kertas lakmus ketika dicelupkan pada
sebuah larutan. Bagi siswa SMK yang belum pernah melakukan praktikum atau sekolahnya
terkendala dalam fasilitas belajar-mengajar untuk mengadakan praktikum, tentu
hal ini akan lebih mempermudah mereka dalam mempelajari materi tersebut. Praktis
pemahaman para siswa SMK dapat diperoleh tanpa harus melaksanakan praktikum
secara langsung, melainkan hanya melalui pengamatan berdasarkan media audio
visual saja. Inilah yang menjadi alasan mengapa penggunaan aplikasi multimedia
penting digunakan untuk menunjang pembelajaran Kimia Adaptif bagi siswa SMK.
Materi Kimia
Adaptif secara moving akan lebih
jelas dalam penyampaiannya karena siswa diajak untuk melihat secara langsung
bagaimana proses praktikum atau kejadian yang berkaitan dengan materi yang
sedang dipelajari. Tampilannya yang
atraktif dan variatif tentu tidak akan membuat siswa merasa bingung ataupun
bosan dalam mempelajari dan memahami materi Kimia Adaptif yang disampaikan. Metode pembelajaran
berbasis aplikasi multimedia inilah yang dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan minat belajar Kimia Adaptif bagi para siswa SMK. Oleh karena itu,
perlu diperbanyak aplikasi multimedia yang relevan dengan materi-materi Kimia
Adaptif agar materi tersebut lebih mudah dipahami oleh siswa SMK. Selain itu,
penggunaan aplikasi multimedia sebagai penunjang kegiatan pembelajaran Kimia
Adaptif dapat menjadi solusi jitu bagi SMK yang belum mampu untuk mengadakan
praktikum karena terkendala oleh fasilitas belajar-mengajar yang dimiliki.
This entry was posted
on 14.36.00
and is filed under
Esai,
KIR,
Stembayo
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.