LKTIN ke-IV @ Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang  

Posted by: Diah Lutfi Ani











Sosialisasi Pentingnya Konservasi Mangrove oleh Tokoh Idola, Alternatif Solusi untuk Mengembangkan Jiwa Kebaharian pada Generasi Muda  

Posted by: Diah Lutfi Ani in , ,

Oleh    : Diah Lutfi Ani

“Menyelamatkan lingkungan hari ini sama artinya dengan menyelamatkan masa depan dunia. Save mangrove, save earth.” (Cristiano Ronaldo, Duta Mangrove untuk Bali)

            Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas perairan sebesar ⅔ dari luas wilayahnya. Tak heran jika sejak jaman dulu Indonesia disebut sebagai negara maritim. Letaknya yang strategis di antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik menjadi salah satu hal yang membuat Indonesia menjadi istimewa. Keistimewaan tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan pantai-pantai yang indah dan kaya akan sumber daya laut. Namun, sayangnya Indonesia belum mampu mengelolanya secara optimal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan masyarakat mengenai pengetahuan dan teknologi kelautan yang belum mumpuni. Selain itu, kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kelautan yang masih jauh dari kata sempurna juga menjadi salah satu faktornya.
Kurangnya penguasaan masyarakat mengenai pengetahuan dan teknologi kelautan yang belum mumpuni mengakibatkan ekosistem pantai yang seharusnya senantiasa dijaga kelestariannya menjadi rusak, salah satunya akibat abrasi oleh hantaman gelombang air laut. Menurut Info Kampus Indonesia, abrasi adalah suatu proses pengikisan tanah/pantai yang disebabkan oleh hantaman tenaga gelombang laut, arus laut, sungai, pasang surut laut, gletser dan angin yang bersifat merusak di sekitarnya. Abrasi disebut juga dengan erosi pantai.
Abrasi yang terus-menerus terjadi mengakibatkan bibir pantai menjadi terkikis, bahkan abrasi telah mengakibatkan kerusakan yang cukup parah pada rumah-rumah warga di tepi Pantai Samas, Srigading, Sanden Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Parahnya dampak dari abrasi tersebut dikarenakan tidak adanya suatu penghalang ombak di tepi pantai, baik berupa beton pemecah ombak atau tanaman pemecah ombak seperti mangrove atau yang lebih popular dengan sebutan mangrove. Hutan mangrove yang terletak di tepi pantai dapat melindungi pantai dari hantaman ombak besar dengan memecahnya menjadi ombak-ombak kecil yang tidak berbahaya sehingga kerusakan yang ditimbulkan dapat berkurang.


Gambar 1. Salah satu rumah warga yang rusak akibat abrasi di Pantai Samas

Kurangnya informasi berupa sosialisasi mengenai pentingnya konservasi mangrove dari pemerintah khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan di daerah setempat mengakibatkan konservasi mangrove di masyarakat menjadi kurang maksimal. Kegiatan sosialisasi yang bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya mangrove sehingga mereka tidak hanya memanfaatkan hasil mangrove, tapi juga ikut melestarikannya menjadi tidak tersampaikan. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui pentingnya konservasi mangrove bagi kelangsungan ekosistem pantai. Bahkan, sebagian masyarakat terkesan cuek dan tidak peduli terhadap kelangsungan ekosistem pantai.
Baru-baru ini, bintang sepakbola internasional Cristiano Ronaldo dinobatkan sebagai Duta Mangrove untuk Bali. Kepeduliannya untuk memperjuangkan konservasi mangrove tersebut patut kita contoh. Seorang bintang sepakbola internasional seperti Cristiano Ronaldo saja peduli terhadap kelangsungan ekosistem pantai di Indonesia yang notabene bukan negara asalnya. Bagaimana dengan masyarakat Indonesia sendiri, khususnya para generasi muda?
Dari hal tersebut dapat kita ambil sebuah alternative solusi untuk mengembangkan jiwa kebaharian pada generasi muda Indonesia, yaitu dengan adanya sosialisasi pentingnya konservasi mangrove oleh sang idola. Tidak hanya Cristiano Ronaldo saja yang dapat menginspirasi, tetapi juga para idola dari berbagai bidang keahlian maupun profesi. Sang idola saja peduli, mengapa kita tidak? Dengan sosialisasi melalui pendekatan persuasive dari sang idola yang lebih “mengena” tersebut, diharapkan para generasi muda Indonesia menjadi lebih peduli akan masa depan kebaharian di negeri ini, khususnya mengenai pentingnya konservasi mangrove bagi kelangsungan ekosistem pantai Indonesia.

Peran Masyarakat Indonesia dalam Menjaga Ekosistem Pantai

"Kita ini punya potensi kelautan luar biasa. Semangat bahari ini harus dibangkitkan dari semua pihak. Karena urusan bahari bukan urusan sektor tertentu saja," (Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan Nasional RI)

Menurut Menteri Pendidikan Nasional RI, Muhammad Nuh, Indonesia memiliki potensi kelautan yang luar biasa. Namun, sejauh ini baru sebagian masyarakat saja yang sudah berperan aktif dalam menjaga ekosistem pantai, terutama koservasi mangrove. Padahal, kepekaan terhadap kondisi ekosistem pantai Indonesia yang saat ini semakin memprihatinkan tidak hanya harus dimiliki oleh masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pesisir saja, melainkan seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Upaya-upaya masyarakat dalam menjaga ekosistem pantai, terutama konservasi mangrove tersebut haruslah mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah, terutama dari Dinas Kelautan dan Perikanan daerah setempat. Selain itu, Dinas Kelautan dan Perikanan dareah setempat juga harus lebih gencar dalam menggalakkan program pelestarian ekosistem pantai agar tidak hanya masyarakat pesisir saja yang berperan di dalamnya, melainkan seluruh masyarakat di Indonesia.
Kelemahan masyarakat Indonesia saat ini salah satunya adalah kurang peka akan kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya ekosistem pantai. Apabila hal ini tidak ditanggapi secara serius, hal ini dapat menimbulkan dampak yang cukup berbahaya ke depannya. Tidak mungkin kita hanya menikmati keindahan suatu tempat tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya bagi generasi penerus. Namun demikian, tidak semua masyarakat Indonesia seperti itu. Perlahan tapi pasti kepedulian masyarakat akan kelestarian ekosistem pantai telah terbentuk. Kepedulian masyarakat tersebut dapat dilihat dari munculnya lembaga-lembaga sosial yang bergerak di bidang kebaharian. Lembaga tersebut bertujuan untuk mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih peduli terhadap kelestarian ekosistem pantai.
Sejauh ini, lembaga-lembaga sosial yang mengajak masyarakat Indonesia untuk ikut serta dalam menjaga ekosistem pantai tidak selalu berkaitan langsung dengan upaya penanggulangan masalah kerusakan sumber daya alam, tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi alternatif yang tidak merusak lingkungan. Contohnya dalam budi daya rumput laut dan alga merah yang memang meniliki keuntungan dari segi financial. Selain berupaya untuk menyelamatkan ekosistem pantai, masyarakat mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan rumput laut dan alga merah yang mereka budi dayakan. Secara tidak langsung kesejahteraan keluarga mereka juga dapat meningkat oleh pendapatan tambahan tersebut. Akan tetapi, kebanyakan masyarakat yang berperan dalam hal ini adalah orang dewasa. Masih sedikit generasi muda yang mau ikut serta dalam upaya menyelamatkan ekosistem pantai Indonesia dari kerusakan, terutama dalam konservasi mangrove. Padahal, Dinas Kelautan dan Perikanan daerah setempat telah berusaha untuk menyampaikan pentingnya konservasi mangrove bagi kelestarian ekosistem pantai Indonesia. Lembaga-lembaga sosial pun secara swadaya telah berusaha keras untuk menyampaikannya. Namun, hal ini dirasa kurang menarik minat para generasi muda untuk menyimaknya yang menganggap bahwa mengikuti sosialisasi dari keduanya merupakan hal yang membosankan.

Gambar 2. Telkomsel dan Tunas Hijau menanam 100 mangrove di Pantai Kenjeran, Surabaya

Konservasi Mangrove untuk Masa Depan Kebaharian Indonesia

“Tanah air kita luas. Hutan kita luas, sekitar 130 juta hektar. Sekitar 3,7 juta hektarnya adalah hutan mangrove. Mari kita jaga, mari kita rawat, mari  kita tanam, kemudian kita pelihara supaya subur dan lingkungan Indonesia kembali baik.” (Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI)

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 UU No. 5 tahun 1990, konservasi adalah upaya dan   tindakan pelindungan termasuk pengelolaan sumber daya dan pemanfaatannya secara bijaksana dalam rangka memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi masa mendatang. Dari pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa konservasi mangrove adalah segala bentuk upaya dan tindakan perlindungan terhadap mangrove yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi masa mendatang.
Mangrove adalah sejenis pohon yang tumbuh di daerah perairan dangkal dan daerah intertidal atau daerah batas antara darat dan laut dimana pengaruh pasang surut masih terjadi. Mangrove tumbuh di daerah tropis dan subtropis dan berfungsi sebagai pelindung pantai dari terjangan gelombang secara langsung. Jadi, bisa dikatakan bahwa hutan mangrove berperan besar untuk mencegah terjadinya abrasi atau pengikisan bibir pantai. Selain itu, hutan mangrove meiliki banyak fungsi, antara lain sebagai penahan banjir air pasang atau rob, pelindung dari gelombang tsunami, sumber makanan serta oksigen biota laut dan menjadi rumah atau tempat dari berbagai macam fauna, bahkan beberapa diantaranya masuk ke dalam daftar fauna langka yang harus dilindungi.

Gambar 3. Beberapa bekantan di hutan mangrove Tarakan, Kalimantan Utara.

Indonesia memiliki kawasan mangrove terbesar se-Asia Tenggara. Istimewanya, hutan mangrove Indonesia menyandang gelar sebagai hutan mangrove terbaik di kawasan Asia karena mangrove di Indonesia memiliki bentuk yang tinggi, sedangkan di kawasan lain tumbuh sangat kerdil. Namun, kebanggaan-kebanggan ini menjadi sebuah ironi ketika tercatat bahwa lebih dari 40 % hutan mangrove di Indonesia kondisinya sangat memprhatinkan.
Kementerian Kehutanan mencatat dari total kawasan mangrove Indonesia seluas 3,7 juta hektar, 1,5 juta hektarnya memiliki kondisi yang sangat memprihatinkan. Dengan kondisi seperti itu, maka konservasi mangrove sangatlah diperlukan untuk memperbaiki ekosistem pantai guna masa depan kebaharian Indonesia yang lebih baik. Terancamnya keberadaan hutan mangrove berarti terancam pula ekosistem yang ada di dalamnya. Hilangnya hutan mangrove di daerah rawa dapat berujung pula pada punahnya fauna-fauna yang ada disana. Sedangkan hilangnya hutan mangrove di daerah pantai dapat berujung pada kerusakan  parah akibat gelombang yang terus-menerus melanda kawasan pantai tanpa struktur penghalang. Tidak hanya flora dan fauna, kerusakan ekosistem-ekosistem itu juga akan berdampak pada kehidupan manusia terutama bagi mereka yang menggantungkan hidupnya di perairan atau tinggal disekitar laut. Oleh karena itu, konservasi mangrove sebagai sarana untuk menyelamatkan ekosistem pantai Indonesia sangat diperlukan bagi masa depan kebaharian Indonesia yang lebih baik.

Bagaimana Memberikan Sosialisasi mengenai Pentingnya Konservasi Mangrove di Indonesia?
            Mengikuti sosialisasi adalah hal yang membosankan, begitulah opini yang beredar di sebagian besar masyarakat Indonesia. Tak heran jika animo masyarakat Indonesia dalam mengikuti sosialisasi masih sangat kurang, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan kepedulian sosial terhadap kelestarian lingkungan hidup. Begitu pula dengan kesadaran masyarakat Indonesia yang masih kurang terhadap upaya konservasi mangrove demi masa depan kebaharian negeri ini. Tidak hanya masyarakat pesisir saja, tetapi hampir seluruh masyarakat Indonesia. Kondisi tersebut mengakibatkan timbulnya sikap acuh tak acuh pada masyarakat, mereka terkesan tidak peduli terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Padahal, masyarakat sendiri yang akan menanggung akibatnya kelak jika lingkungannya telah rusak.
Sosialisasi biasanya diidentikkan dengan hal yang membosankan, menjemukan, bertele-tele, dan membuat mengantuk karena penyampaiannya yang formal dan dianggap hanya seperti itu-itu saja. Sedangkan, masyarakat Indonesia tidak menyukai hal-hal tersebut. Pada umumnya masyarakat Indonesia akan tertarik dengan suatu hal yang baru yang unik dan menarik. Hal-hal dimana mereka dapat mendapatkan pengalaman baru yang bermanfaat bagi mereka kelak atau bahkan keuntungan dari segi financial. Bagi generasi muda, tentu saja yang menarik minatnya terhadap suatu hal adalah keberadaan sang tokoh idola di dalamnya.
Dalam konsep sosial, seseorang memiliki kecenderungan meniru apa yang dilakukan atau dikenakan oleh tokoh idolanya. Kecenderungan ini disebut dengan imitasi. Imitasi secara umum dimaksudkan sebagai proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Akan tetapi, kebanyakan sikap imitasi ini malah cenderung kearah negative karena proses meniru yang berlebihan. Oleh karena itu, sikap imitasi ini perlu diarahkan ke hal-hal yang bersifat positif. Misalnya dengan ikut serta dalam program pemerintah. Berangkat dari fenomena tersebut dapat diambil sebuah solusi alternative untuk menimbulkan jiwa kebaharian khususnya kepedulian terhadap konservasi mangrove, yaitu dengan memanfaatkan kesukaan terhadap tokoh idola tersebut sebagai motivator bagi para generasi muda Indonesia.
Terkait dengan konservasi mangrove demi masa depan kelestarian ekosistem pantai Indonesia, peran para tokoh idola sebagai motivator dapat dimaksimalkan untuk memberikan sosialisasi yang lebih menarik bagi para generasi muda. Dengan demikian, anggapan para generasi muda bahwa mengikuti sosialisasi adalah hal yang membosankan dapat hilang karana adanya tokoh idola mereka di situ. Mereka pun akan lebih tertarik untuk mengikuti sosialisasi yang disampaikan melalui pendekatan persuasive oleh sang tokoh idola terebut. Apalagi, saat ini telah cukup banyak tokoh idola yang ikut serta dalam program pelestarian lingkungan hidup di Indonesia, baik yang merupakan program pemerintah maupun lembaga-lembaga sosial. Bahkan, tidak sedikit diantara mereka yang merupakan seorang duta aktif yang kinerjanya sering diekspos oleh media. Dalam peran tersebut mereka tidak hanya sekadar menumpang nama atau mencari ketenaran semata, melainkan karena rasa kepedulian mereka yang benar-benar tinggi terhadap kelangsungan hidup anak cucu kelak.
            Sosialisasi mengenai pentingnya konservasi mangrove oleh sang idola pasti akan lebih “mengena” bagi para generasi muda. Melalui kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya konservasi mangrove bagi masa depan kebaharian Indonesia ini diharapkan sikap generasi muda Indonesia yang cenderung meniru tokoh idolanya dapat disalurkan secara positif dan dapat bermanfaat bagi masa depan melalui upaya pelestarian ekosistem pantai yang kini kondisinya semakin memprihatinkan.
           
           



DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Riana. 2012. Mendikbud        : Kelola Bahari Lewat Pendidikan. http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/17/16244810/Mendikbud.Kelola.Bahari.Lewat.Pendidikan. Diakses pada tanggal 8 Juli 2013.
Anonim.          . Ekosistem Pesisir dan Pengelolaannya di Indonesia. http://www.terangi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=153:ekosistem#ixzz2YiaLMbxl. Diakses pada tanggal 10 Juli 2013.
Djago, Daeng. 2013. Jadi Duta Mangrove Terinspirasi Korban Tsunami. http://bantenposnews.com/berita-3647-jadi-duta-mangrove-terinspirasi-korban-tsunami.html. Diakses pada tanggal 8 Juli 2013.
Kristanto, Tri Agung. 2013. Cristiano Ronaldo Perjuangkan Konservasi Mangrove di Indonesia. http://regional.kompas.com/read/2013/03/11/22355276/Cristiano.Ronaldo.Perjuangkan.Konservasi.Mangrove.di.Indonesia. Diakses pada tanggal 8 Juli 2013.
Sunny.             . Hutan Bakau, Benteng yang Terancam Runtuh. http://www.leadership-park.com/new/green-page/hutan-bakau-benteng-yang-terancam-runtu.html. Diakses pada tanggal 11 Juli 2013.

Surat untuk Presiden RI 2014 terkait Kasus Lapindo  

Posted by: Diah Lutfi Ani in ,


Yogyakarta, 18 Mei 2013

Yth. Presiden RI 2014
di Jakarta

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
                Presiden RI 2014 yang terhormat, apa kabar? Semoga Anda di Jakarta dalam keadaan sehat wal afiat dan senantiasa ada dalam lindungan-Nya. Aamiin. Perkenalkan, saya Diah Lutfi Ani, siswi Kelas XI Kimia Analisis SMK N 2 Depok Sleman.
Presiden RI 2014 yang terhormat, beberapa hari yang lalu saya mendapatkan sebuah info mengenai Lomba Menulis Surat untuk Anda terkait Kasus Lapindo. Saya tertarik untuk mengikuti lomba ini karena saya bisa menyampaikan pendapat pribadi saya mengenai apa yang harus dilakukan oleh Pemerintah RI untuk menyelesaikan kasus tersebut, khususnya Anda sebagai Presiden RI 2014.
Presiden RI 2014 yang terhormat, tahun 2013 ini merupakan tahun ke-7 kejadian semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo. Namun, sampai saat ini belum ada kejelasan mengenai penuntasan kasus tersebut. Semua pihak sibuk untuk menyelidiki siapa yang bertanggungjawab atas bencana yang merusak lingkungan hidup di wilayah itu, mencari tahu siapa yang harus mengganti kerugian akibat bencana tersebut, bahkan saling menyalahkan satu sama lain.
Presiden RI 2014 yang terhormat, kerusakan lingkungan akibat kasus Lapindo tentu merupakan hal yang fatal. Seperti yang kita ketahui Kabupaten Sidoarjo berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik di utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan, serta Kabupaten Mojokerto di barat. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten yang berperan penting dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur, bahkan Kabupaten Sidoarjo dikenal sebagai penyangga Kota Surabaya dan termasuk dalam kawasan Gerbang Kertosusila. Genangan lumpur yang meluber ke segala arah karena jebolnya tanggul penahan menyebabkan jalan akses utama dari Kabupaten Sidoarjo menuju kabupaten/kota tersebut menjadi rusak. Walaupun saat ini telah dibangun jalan alternative maupun jalan tol baru di Kabupaten Sidoarjo, rasanya hal tersebut akan mubadzir jika dari pihak Pemerintah RI tidak segera menyelesaikan kasus Lapindo. Selesai dalam arti ini bukan hanya selesai dalam proses hokum untuk mengadili para tersangkanya, melainkan juga bagaimana Pemerintah RI bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat korban kasus Lapindo dengan pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk menyejahterakan kembali masyarakat korban kasus Lapindo.
Presiden RI 2014 yang terhormat, siapa yang harus bertanggungjawab dalam kasus Lapindo tidaklah berarti bagi masyarakat korban kasus Lapindo apabila hanya mengumbar janji manis belaka. Yang dibutuhkan oleh mereka saat ini adalah kembalinya kesejahteraan keluarga yang hilang akibat kasus Lapindo. Kehilangan rumah, kehilangan sekolah, kehilangan pekerjaan, menghirup udara kotor, menggunakan air yang tercemar, dan tekanan batin merupakan dampak yang dirasakan oleh masyarakat korban kasus Lapindo karena ketidakjelasan penyelesaian kasus Lapindo. Sayangnya, hanya segelintir pihak yang secara sukarela mau membantu masyarakat korban kasus Lapindo untuk tetap bertahan hidup di tengah masa-masa sulit yang telah mereka alami selama ini.
Presiden RI 2014 yang terhormat, mungkin saya terlalu berani untuk menyampaikan pendapat saya dalam surat ini. Akan tetapi, hal ini merupakan salah satu hak dan kewajiban saya sebagai warga negara untuk menyampaikan pendapat guna membangun masyarakat, bangsa, dan negara.
Presiden RI 2014 yang terhormat, demikian surat ini saya sampaikan. Saya mohon maaf yang setulus-tulusnya apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati Anda. Saya berharap dengan surat ini Pemerintah RI, khususnya Anda sebagai Presiden RI 2014 menjadi lebih memperhatikan kesejahteraan rakyat kecil dan lebih peka terhadap apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Terima kasih.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Diah Lutfi Ani

Penggunaan Metode Pembelajaran Kidaf (Kimia Adaptif) Berbasis Aplikasi Multimedia bagi Siswa SMK  

Posted by: Diah Lutfi Ani in , ,

Oleh    : Diah Lutfi Ani

Sekolah Menengah Kejuruan atau yang biasa disebut dengan SMK merupakan sekolah menengah atas yang bertujuan untuk mempersiapkan lulusan yang cerdas, siap kerja, dan kompetitif. Untuk mempersiapkannya tentu saja dilakukan beraneka ragam kegiatan pembelajaran. Mulai dari pembelajaran produktif atau kejuruan sebagai dasarnya, pembelajaran normatif-adaptif sebagai penunjangnya, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler sebagai sarana untuk menyalurkan minat dan bakat siswa.
Pembelajaran produktif atau kejuruan memiliki proporsi yang besar dalam kegiatan belajar mengajar di SMK, paling tidak selama tiga hari dalam seminggu atau selama 18 jam pelajaran dengan asumsi setiap jam pelajaran adalah selama 45 menit. Pembelajaran ini disesuaikan dengan jurusan dimana siswa berada, bisa di laboratorium bagi jurusan Kimia Industri dan Kimia Analisis atau di bengkel bagi jurusan seperti Teknik Pemesinan, Teknik Kendaraan Ringan, maupun Teknik Perbaikan Bodi Otomotif. Bahkan, jurusan tertentu seperti Teknik Gambar Bangunan dan Geologi Pertambangan terkadang melakukan pembelajaran ini di lapangan secara langsung untuk mempraktikkan apa yang telah dipelajari.
Pembelajaran normatif adaptif atau yang biasa disebut dengan pelajaran teori merupakan pembelajaran yang proporsinya lebih sedikit daripada pembelajaran produktif. Pelajaran-pelajaran yang ada dalam kelompok pembelajaran normatif-adaptif bertujuan untuk menunjang pembelajaran produktif yang telah diperoleh siswa di jurusannya masing-masing. Selain itu, pembelajaran normatif-adaptif juga bertujuan untuk membentuk karakter siswa melalui kegiatan belajar mengajar.
Kidaf atau Kimia Adaptif merupakan salah satu pelajaran adaptif yang ada di SMK. Kehadirannya di jadwal pelajaran para siswa jurusan Kimia tentu tidak akan menjadi masalah karena mereka sudah terbiasa menghadapi kompleksnya pelajaran Kimia Produktif yang diajarkan di jurusannya, selain itu dengan mempelajari Kimia Adaptif akan memperdalam wawasan mereka mengenai ilmu kimia. Namun, terkadang pelajaran Kimia Adaptif membuat siswa dari jurusan selain kimia menjadi merasa takut atau bahkan enggan untuk menghadapinya.

Kimia Adaptif bagi Siswa SMK
Banyak siswa SMK menganggap bahwa Kimia Adaptif adalah pelajaran yang sulit, bahkan lebih sulit daripada Matematika. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman dan pengertian siswa mengenai materi Kimia Adaptif yang diajarkan, metode pembelajaran Kimia Adaptif yang monoton dan membosankan, serta banyaknya opini masyarakat seakan memperkuat pernyataan bahwa Kimia Adaptif adalah pelajaran yang sulit.
Memang, proporsi jam pelajaran Kimia Adaptif di SMK tidaklah banyak. Hanya dua jam pelajaran saja setiap minggunya, itupun hanya selama 90 menit. Tatap muka yang singkat tidak sebanding dengan banyaknya materi yang harus dipelajari. Hal tersebut menjadi salah satu faktor kurangnya pemahaman para siswa mengenai Kimia Adaptif.
Permasalahan yang dialami oleh para siswa SMK adalah untuk memahami materi Kimia Adaptif yang sebagian besarnya didasarkan pada praktikum. Tak dapat dipungkiri bahwa untuk memahami materi yang didasarkan pada praktikum perlu diadakannya sebuah percobaan atau simulasi sederhana untuk melihat secara langsung bagaimana proses kerja suatu percobaan. Sayangnya, di SMK tidak ada alokasi jam pelajaran yang dikhususkan untuk kegiatan praktik pembelajaran adaptif. Salah satu alternative untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan aplikasi multimedia sebagai penunjang proses pembelajaran Kimia Adaptif. Aplikasi ini menyajikan simulasi praktikum Kimia Adaptif dalam format digital sehingga para siswa SMK dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran Kimia Adaptif tanpa harus melakukan praktikum secara langsung.

Mengapa Aplikasi Multimedia Dibutuhkan untuk Menunjang Pembelajaran Kimia Adaptif bagi Siswa SMK?
Selain karena tidak adanya alokasi jam pelajaran yang dikhususkan untuk kegiatan praktik pembelajaran adaptif, fasilitas belajar-mengajar yang dimiliki oleh setiap SMK tidaklah sama. Untuk melaksanakan praktikum Kimia Adaptif tentu kita harus mempersiapkan banyak hal mulai dari alat-alat, bahan-bahan, maupun ruangan khusus untuk melaksanakan praktikum itu sendiri. Hal tersebut tidak akan menjadi masalah bagi SMK dengan fasilitas belajar-mengajar yang telah memadai atau bagi SMK dengan jurusan Kimia. Namun, hal tersebut dapat menimbulkan kendala bagi SMK yang fasilitas belajar-mengajarnya belum cukup memadai, terutama dalam menyediakan ruangan khusus dan mempersiapkan bahan-bahan kimia yang terkenal dengan harganya yang tidak murah.
Pada masa modern saat ini siswa tidak harus melaksanakan praktikum untuk memahami sebuah materi Kimia Adaptif. Pemahaman tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan aplikasi multimedia seperti animasi, flash, maupun program aplikasi untuk menunjang proses pembelajaran Kimia Adaptif. Walaupun sebagian aplikasi multimedia tersebut masih berisi materi pembelajaran Kimia Adaptif yang sederhana, tetapi paling tidak dengan adanya aplikasi tersebut dapat mempermudah para siswa SMK dalam memahami materi pembelajaran Kimia Adaptif tanpa harus melakukan praktikum secara langsung.
Sebagian besar aplikasi multimedia yang dapat ditemui adalah mengenai materi pembelajaran asam dan basa. Aplikasi tersebut menampilkan animasi perubahan warna pada kertas lakmus ketika dicelupkan pada sebuah larutan. Bagi siswa SMK yang belum pernah melakukan praktikum atau sekolahnya terkendala dalam fasilitas belajar-mengajar untuk mengadakan praktikum, tentu hal ini akan lebih mempermudah mereka dalam mempelajari materi tersebut. Praktis pemahaman para siswa SMK dapat diperoleh tanpa harus melaksanakan praktikum secara langsung, melainkan hanya melalui pengamatan berdasarkan media audio visual saja. Inilah yang menjadi alasan mengapa penggunaan aplikasi multimedia penting digunakan untuk menunjang pembelajaran Kimia Adaptif bagi siswa SMK.
Materi Kimia Adaptif secara moving akan lebih jelas dalam penyampaiannya karena siswa diajak untuk melihat secara langsung bagaimana proses praktikum atau kejadian yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Tampilannya yang atraktif dan variatif tentu tidak akan membuat siswa merasa bingung ataupun bosan dalam mempelajari dan memahami materi Kimia Adaptif yang disampaikan. Metode pembelajaran berbasis aplikasi multimedia inilah yang dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan minat belajar Kimia Adaptif bagi para siswa SMK. Oleh karena itu, perlu diperbanyak aplikasi multimedia yang relevan dengan materi-materi Kimia Adaptif agar materi tersebut lebih mudah dipahami oleh siswa SMK. Selain itu, penggunaan aplikasi multimedia sebagai penunjang kegiatan pembelajaran Kimia Adaptif dapat menjadi solusi jitu bagi SMK yang belum mampu untuk mengadakan praktikum karena terkendala oleh fasilitas belajar-mengajar yang dimiliki.

Thanks for Visiting