Oleh : Diah
Lutfi Ani
“Pada dasarnya
dalam berorganisasi di OSIS, siswa diajarkan mengenai pola – pola kepemimpinan
yang menjadi sebuah dasar dalam menjalankan suatu organisasi sehingga siswa
tersebut mampu menjadi seorang pemimpin, baik untuk dirinya sendiri maupun
orang lain. Tanpa disadari, ternyata dalam pola – pola kepemimpinan tersebut
terdapat penerapan nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila, terutama
karakter – karakter yang mencerminkan nasionalisme.”
Saat ini fenomena tawuran di
kalangan pelajar semakin marak terjadi, khususnya di kalangan pelajar sekolah
menengah. Berbagai macam alasan mulai dari solidaritas terhadap teman,
perebutan “wilayah kekuasaan”, hingga masalah – masalah lain yang sebebarnya
merupakan hal yang sepele menjadi penyebabnya. Kebanyakan masyarakat
berpendapat bahwa maraknya tawuran di kalangan pelajar saat ini adalah karena
salah asuhan dari orang tua, kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang
tua, bertempat tinggal di lingkungan yang masyarakatnya kurang baik, salah
pergaulan, dan sebagainya. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa maraknya tawuran
di kalangan pelajar saat ini merupakan salah satu bentuk dari lunturnya rasa
nasionalisme dalam dirinya?
Lunturnya rasa nasionalisme pada
diri siswa tidak hanya tercermin dari perilaku siswa yang “hobi” tawuran saja.
Tidak menghormati guru, berperilaku sesuka hati terhadap teman, tidak
menghargai orang lain, dan tidak mau mengalah atau ingin menang sendiri ( egois
) merupakan beberapa perilaku siswa di sekolah yang mencerminkan lunturnya rasa
nasionalisme dalam dirinya. Hal ini tentu sangat berbahaya karena para siswa
tersebut merupakan generasi muda penerus bangsa yang nantinya akan menjadi
pemimpin bagi bangsa ini. Apa jadinya jika bangsa ini dipimpin oleh orang yang
tidak memiliki jiwa nasionalisme? Oleh karena itu, diperlukan solusi yang tepat
untuk dapat membangun jiwa nasionalisme dalam diri siswa. Alangkah baiknya jika
solusi tersebut berasal dari dunia pendidikan menengah, mengingat pada jenjang
pendidikan menengah siswa berada di usia remaja yang berpengaruh besar dalam
menentukan masa depannya. Salah satu sarana pendidikan menengah yang tepat
untuk menumbuhkan, membentuk, dan mengembangkan rasa nasionalisme dalam diri
siswa adalah melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah ( OSIS ).
Organisasi Siswa Intra Sekolah ( OSIS )
Secara sistematis di dalam
Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 226 / C /
Kep / 0 / 1993 disebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah adalah
Organisasi Siswa Intra Sekolah ( OSIS ), sehingga dapat kita pahami bahwa OSIS adalah
suatu organisasi siswa yang ada di dalam dan di lingkungan sekolah yang
bersangkutan.
Secara
organisasi OSIS adalah satu - satunya wadah organisasi siswa yang sah di
sekolah. Oleh karena itu setiap sekolah wajib membentuk OSIS, yang tidak
mempunyai hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak menjadi
bagian / alat dari organisasi lain yang ada di luar sekolah. Walaupun pada beberapa sekolah ( Sekolah – sekolah
swasta ) terdapat organisasi siswa dengan penamaan lain seperti IRM ( Ikatan
Remaja Muhammadiyah ), IPM ( Ikatan Pelajar Muhammadiyah ), atau lainnya. Namun,
pada hakikatnya organisasi – organisasi tersebut bertujuan untuk melatih
kemampuan berorganisasi para siswa selama menempuh pendidikan di jenjang menengah
baik SMP maupun SMA.
Perbedaan yang cukup mencolok antara
OSIS di SMP dan SMA adalah pada presentase kepengurusan antara siswa sebagai
pengurus dengan pihak sekolah sebagai pembina. Pada umumnya, 30 % kepengurusan
OSIS di SMP dipegang oleh siswa dan 70 % dipegang oleh pihak sekolah, sedangkan
pada OSIS di SMA merupakan kebalikannya. Berdasarkan presentase tersebut dapat
kita simpulkan bahwa OSIS di SMP bertujuan untuk mengenalkan siswa ke dalam
dunia organisasi dan memberikan bekal bagi siswa mengenai dasar – dasar dalam
berorganisasi, sedangkan OSIS di SMA bertujuan untuk melatih dan mematangkan kemampuan
berorganisasi siswa di lingkup yang lebih luas. Di sini y ang dimaksud dengan
lingkup yang lebih luas adalah lingkungan masyarakat dimana ia tinggal dan
lingkungan kerja dimana ia bekerja kelak.
Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari
masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan dan wilayah serta
kesamaan cita - cita dan tujuan. Banyak para tokoh nasionalis seperti pemikir
dan pejuang yang ikhlas berjuang demi kemajuan bangsanya. Hal tersebut mereka lakukan
sebagai wujud bakti mereka kepada bangsa demi meningkatkan kemakmuran seluruh
masyarakat yang ada di bangsa tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ), nasionalisme
adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri atau
kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual
bersama - sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu.
Indonesia
sebagai negara yang merdeka memiliki bentuk nasionalisme sendiri, yaitu
nasionalisme Pancasila. Pada dasarnya pengertian nasionalisme yang berdasarkan
pada Pancasila adalah paham atau pandangan kebanggaan warga negara Indonesia
pada bangsa dan tanah airnya berdasarkan nilai - nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Nasionalisme Pancasila ini diarahkan untuk mencapai beberapa tujuan,
antara lain :
1.
Menempatkan persatuan dan kesatuan,
kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun
kepentingan golongan.
2.
Memiliki rasa kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia yang bertanah air satu, tanah air Indonesia dan tidak merasa rendah
diri.
3.
Mampu menunjukkan rasa rela berkorban
demi bangsa dan negara Indonesia.
4.
Mengakui persamaan hak dan kewajiban
antarasesama manusia dan sesama bangsa serta mengakui persamaan derajat.
5.
Mampu menumbuhkan sikap saling mencintai
antarsesama manusia.
6.
Mampu mengembangkan rasa tenggang rasa.
7.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Nasionalisme
Pancasila yang dipegang Indonesia diharapkan mampu mengajak warga negara
Indonesia untuk memiliki rasa nasionalisme yang kuat terhadap negaranya. Selain
itu, hal tersebut diharapkan dapat mengembangkan bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang besar dan berdaulat serta diakui eksistensinya baik di kancah
regional maupun internasional.
Dari
uraian singkat mengenai nasionalisme di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nasionalisme
adalah suatu pahan kebanggaan dan kecintaan warga negara pada negaranya
sehingga dapat membawa pengaruh positif terhadap pekembangan negara. Namun,
jangan sampai rasa nasionalisme warga negara pada negaranya berlebihan karena
akan menimbulkan chauvinism dalam dirinya. Hal tersebut jangan sampai terjadi
karena sebuah negara tidak akan bisa untuk memenuhi kebutuhan negaranya sendiri
tanpa bantuan atau kerjasama dari negara lain baik itu negara miskin, negara
berkembang, maupun negara maju. Apalagi bagi Indonesia yang merupakan negara
berkembang, yang tentunya masih membutuhkan kerjasama dengan negara lain untuk
menjadi lebih maju kedepannya.
Bhinneka Tunggal Ika dan
Nasionalisme
Semboyan Bhinneka
Tunggal Ika mengandung makna berbeda - beda tetapi tetap satu jua. Kalimat
tersebut berasal dari Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular. Secara mendalam
Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku,
agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan sebagainya, tetapi tetap satu kesatuan
yang sebangsa dan setanah air.
Menurut Martin Hutabarat, kebhinekaan
bangsa Indonesia adalah kekayaan dan harus menjadi kebanggan, bukan malah
menajadi alasan untuk terjadinya konflik. Kekayaan bangsa Indonesia adalah
keberagamaan yang tidak sepatutnya dipermasalahkan. Namun, setiap rakyat harus dapat
memahami dan menghormati perbedaan tersebut Jika hal tersebut terjadi, maka
akan terbangun rasa nasionalisme dan memandang pihak yang berbeda sebagai
saudara sebangsa dan setanah air. Sedangkan menurut Prof. Abdul Munir Mulkhan,
kekukuhan nasionalisme di dalam diri suatu bangsa ditentukan oleh posisi dan
seberapa ia berakar dalam “dunia batin” warga bangsa tersebut.
Sejarah
penyatuan Indonesia adalah contoh nyata keberhasilan dari penerapan Bhineka
Tunggal Ika. Lebih dari satu dekade yang lalu, Ben Anderson melontarkan
gagasannya tentang masyarakat khayalan ( Imagined
communities ) yang amat menarik karena ia mengklaim bahwa nasionalisme
berakar dari sistem budaya dalam suatu kelompok masyarakat yang saling tidak
mengenal satu sama lain.
Dalam
konsep Anderson, nasionalisme Indonesia terbentuk dari adanya suatu khayalan
akan suatu bangsa yang mandiri dan bebas dari kekuasaan kolonial, suatu bangsa
yang diikat oleh suatu kesatuan media komunikasi, yakni bahasa Indonesia.
Bhineka Tunggal Ika bukan slogan politik. Nasionalisme tidak bergantung pada
mitos saja, tetapi juga harus melihat realita kebhinekaan Indonesia.
Peranan OSIS sebagai Pembentuk Jiwa
Nasionalisme pada Siswa
Pada dasarnya dalam berorganisasi di
OSIS, siswa diajarkan mengenai pola – pola kepemimpinan yang menjadi sebuah
dasar dalam menjalankan suatu organisasi sehingga dirinya mampu menjadi seorang
pemimpin, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Tanpa disadari,
ternyata dalam pola – pola kepemimpinan tersebut terdapat penerapan nilai –
nilai yang terkandung dalam Pancasila, terutama karakter – karakter yang
mencerminkan nasionalisme.
Selama ini penulis cukup aktif dalam berorganisasi
baik ketika masih menempuh pendidikan di SMP maupun di SMK saat ini. Dalam berorganisasi
di SMP penulis mendapatkan banyak pengalaman berharga yang penulis rasakan
manfaatnya ketika kembali menjadi seorang aktivis di SMK saat ini. Pengalaman –
pengalaman tersebut penulis jadikan sebagai referensi dalam berorganisasi di
kelas XI saat ini.
Banyak sekali manfaat yang penulis dapatkan dalam
berorganisasi, diantaranya menumbuhkan rasa kebersamaan, memperkuat tali
persaudaraan, suka tolong – menolong, mengurangi sifat egois dan ingin menang
sendiri, peduli terhadap orang lain, belajar manajemen organisasi, meningkatkan
kualitas pribadi, membangkitkan semangat juang, meningkatkan kemampuan
bersosialisasi, belajar berbicara di depan umum, dan lain sebagainya. Hal
– hal tersebut sebenarnya merupakan penerapan karakter nasionalisme siswa yang
terbentuk karena berorganisasi di sekolah. Karakter – karakter tersebut akan
sangat bermanfaat bagi siswa kelak ketika ia menjadi seorang pemimpin di dunia
kerja. Dengan dimilikinya karakter – karakter tersebut saat ini, diharapkan
siswa akan lebih siap dan sigap dalam menghadapi berbagai macam situasi dunia
kerja dengan bijaksana sehingga ia mampu menciptakan suasana kerja yang nyaman
dan kondusif.
Jiwa
Nasionalisme Tidak Hanya Tumbuh melalui Paskibra
Menurut
penulis, karakter nasionalisme Pancasila yang dapat diperoleh siswa melalui
berorganisasi sangatlah banyak. Namun, tidak banyak organisatoris yang
menyadari bahwa pola kepemimpinan dan karakter – karakter yang ada dalam dirinya
adalah perwujudan dari nasionalisme itu sendiri. Masih banyak organisatoris
yang menganggap bahwa organisasi yang dapat membentuk jiwa nasionalisme pada
diri siswa adalah Paskibra. Padahal dengan organisasi siswa apapun, siswa dapat
menumbuhkan jiwa nasionalisme dalam dirinya apabila ia bersungguh – sungguh
dalam berorganisasi. Tidak menutup kemungkinan bahwa siswa yang mengikuti
Paskibra malah kurang menjiwai sikap nasionalisme yang seharusnya ada dalam
dirinya karena motivasi untuk berorganisasi dalam dirinya kurang kuat.
Menempatkan
Persatuan dan Kesatuan, Kepentingan dan Keselamatan Bangsa di Atas Kepentingan
Pribadi dan Kepentingan Golongan
Dalam
berorganisasi, mengedepankan kepentingan umum adalah yang utama. Tujuan dari
organisasi untuk mencapai tujuan bersama tidak akan tercapai jika kita bersikap
egios. Dengan bersikap menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi
maupun golongan, maka tujuan dari organisasi akan lebih mudah dicapai karena
ada integrasi yang baik diantara anggotanya.
Mengakui
Persamaan Hak dan Kewajiban di Antara Sesama Manusia dan Sesama Bangsa serta
Mengakui Persamaan Derajat
Dalam
berorganisasi tentu ada yang dinamakan dengan musyawarah. Setiap anggota
organisasi memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam organisasi. Setiap
anggota organisasi memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, kritik, maupun
saran yang dimilikinya guna memajukan organisasi. Selain itu, setiap anggota
organisasi juga memiliki kewajiban untuk mematuhi dan menaati peraturan dalam organisasi
serta menjalankan hasil musyawarah dengan penuh tanggungjawab.
Mampu
Menumbuhkan Sikap Saling Mencintai Antarsesama Manusia
Dalam
berorganisasi kita cenderung sering bertemu dengan sesama anggota. Secara
alamiah, tingginya intensitas pertemuan itu akan membuat kita menjadi lebih
mengakrabkan diri dan saling mengenal satu sama lain sehingga kita bisa menjadi
manusia yang lebih mencintai sesama. Selain itu melalui kegiatan – kegiatan
berbau sosial yang diprogramkan oleh organisasi seperti bakti sosial atau
kunjungan ke panti sosial, kita bisa menjadi manusia yang lebih bersyukur terhadap
apa yang kita miliki saat ini.
Mampu
Mengembangkan Rasa Tenggang Rasa
Dalam berorganisasi tentu kita akan menemui banyak
sekali perbedaan. Mulai dari perbedaan pola piker, sikap, suku, agama, dan lain
– lain. Namun, perbedaan – perbedaan tersebut bukan halangan bagi kita untuk
mencapai tujuan berorganisasi. Malah, kita bisa belajar untuk bertenggang rasa
maupun bersikap toleran dalam menghadapi perbedaan – perbedaan tersebut
sehingga perbedaan – perbedaan tersebut dapat memacu kita untuk saling
menghargai dan menghormati satu sama lain.
Berani
Membela Kebenaran dan Keadilan
Kita sering mendengar kalimat “Berani karena benar,
takut karena salah” dari para orang tua. Kalimat tersebut memang benar, bahkan
kalimat tersebut dapat merupakan salah satu prinsip yang mutlak dalam
berorganisasi. Kita harus berani mengatakan bahwa yang benar adalah benar dan
yang salah adalah salah. Mengapa? Apabila kita tidak bersikap berani terhadap
kebenaran maka kita tidak akan menjadi orang yang berhasil, bahkan kita bisa
menjadi orang yang rugi. Begitu pula dalam berorganisasi. Apabila kita takut
untuk mengungkapkan kebenaran yang ada, kemajuan organisasi akan terhambat.
Oleh karena itu sikap berani membela kebenaran sangat diperlukan dalam
berorganisasi.
Pentingnya Calon Pemimpin Bangsa
Memiliki Jiwa Nasionalisme
“Semangat maju untuk kemandirian
dengan sistem kepemimpinan yang baik. Banyak yang mengatakan sistem negara
menentukan kemajuan, itu juga benar, tetapi sistem apa pun dapat menyebabkan
kemajuan, asalkan ada tekad yang kuat untuk maju.” Jusuf Kalla
Para siswa yang notabene adalah generasi muda calon
pemimpin bangsa merupakan sasaran yang tepat untuk dididik dengan karakter yang
baik. Salah satu sarana untuk mendidik siswa dengan karakter yang baik adalah
melalui OSIS. Dengan berorganisasi di OSIS dan menerapkan karakter
nasionalisme, siswa bisa belajar
untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, bukan seorang pemimpin yang hanya
bisa memerintah. Namun, seorang pemimpin yang bisa memberikan contoh dan
teladan yang baik bagi orang – orang di sekitarnya serta mampu menghargai
perbedaan yang ada di antara sesama.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira. 2012. Nasionalisme bagi Warga Negara. Diunduh dari http://www.anneahira.com/pengertian-nasionalisme.htm
pada tanggal 22 April 2013
Anonim. 2012. JK: Semangat Kebhinnekaan, Persatuan dan Kebersamaan, Kepemimpinan,
Kunci Kemajuan Negara. Diunduh dari
http://www.equator-news.com/utama/20121025/jk-semangat-kebhinnekaan-persatuan-kebersamaan
pada tanggal 22 April 2013
Anonim. 2013. Martin Hutabarat: Kebhinekaan Harus Menjadi Satu Kekuatan. Diunduh
dari http://www.mpr.go.id/berita/read/2013/02/08/11595/martin-hutabarat-kebhinekaan-harus-menjadi-satu-kekuatan
pada tanggal 23 April 2013
France, Cahya. 2012. Pengertian dan Contoh Organisasi di Sekolah.
Diunduh dari http://cahyafrance.wordpress.com/2012/07/29/pengertian-dan-contoh-organisasi-di-sekolah/
pada tanggal 22 April 2013
Mubarok. 2012. Bhinneka Tunggal Ika dan Nasionalisme. Diunduh dari http://sejarah.kompasiana.com/2012/11/08/bhinneka-tunggal-ika-dan-nasionalisme-506630.html
pada tanggal 23 April 2013
Subasti, Bogi. 2011. Pengertian Nasionalisme. Diunduh dari http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2164608-pengertian-nasionalisme/ pada tanggal 20 April 2013
This entry was posted
on 16.42.00
and is filed under
Esai,
KIR,
Stembayo
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.