Review singkat seputar perjalanan wisataku di Semarang kemarin Minggu:
Taman Maerokoco
- Panas banget. Mungkin karena daerahnya dekat pantai, ya? Kalau menurutku kurang hijau juga, sih. Jadi, saran aja buat pengelola untuk memperbanyak tanaman hijau di kawasan Taman Maerokoco ini. Selain bisa memperindah pemandangan, kan juga sekaligus menjalankan program go green yang lagi ngetren saat ini.
- Kurang terawat. Nggak tau, ya kenapa air di kolam warnanya sampai ijo banget karena banyak lumutnya. Terus wahana bermain anak juga terkesan terbengkalai. Bebek-bebekan yang biasanya dikendarai di air itu rusak dan hanya diletakkan di pinggir kolam aja. Panggonan buat bom-bom car juga sudah beralihfungsi jadi warung makan. Satu lagi, nih pe-er buat pengelola untuk memperbaiki sarana dan prasarana di Taman Maerokoco agar lebih menarik untuk dikunjungi wisatawan, terutama anak-anak.
- Anjungan sepi. Saat memasuki anjungan-anjungan yang ada, kesan sepi begitu terasa. Penjaganya cuma satu-dua, pengunjung yang datang pun tak cukup banyak. Apa mungkin aku berkunjung di hari yang salah, ya?
Secara keseluruhan, Taman Maerokoco memiliki anjungan-anjungan yang cukup lengkap, akan tetapi kurang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini cukup disayangkan mengingat Taman Maerokoco merupakan TMII-nya Jawa Tengah, yang otomatis bisa menambah wawasan kita seputar daerah-daerah di Provinsi Jawa Tengah. Semoga kedepannya Taman Merokoco bisa menjadi tempat wisata yang lebih baik lagi, tentunya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Lawang Sewu
Nah, ini yang kutunggu-tunggu. Penasaran banget pengen liat Lawang Sewu itu sebenernya kayak gimana, sih? Soalnya, selama ini cuma bisa liat Lawang Sewu di tivi-tivi. Benarkah kalau Lawang Sewu itu lawange bener-bener sewu? Ternyata tidak, hehehe.
Kesan pertama di halaman depan Lawang Sewu: kok mirip sama Benteng Vredeburg di Malioboro, ya? Gedung-gedungnya gedhe dan tinggi-tinggi, kerasa banget kesan Belanda-nya. Nggak sepanas di Taman Maerokoco, tapi masih tetep panas juga.
Ada beberapa bagian yang sedang direnovasi di Lawang Sewu ini, salah satunya di bagian D. Yang aku jelajahi adalah bagian A. Di dalam terasa sejuk dan adhem, ruang-ruangnya terang dengan lorong-lorong yang agak peteng. Mungkin karena di lorong nggak ada jendelanya, sedangkan di ruang banyak jendela yang gedhe dan tinggi. Kesan ini mengingatkanku dengan Si Benteng Merah Van der Wijck di Gombong.
Di ruang bawah terdapat berbagai macam foto yang menceritakan sejarah berdirinya Lawang Sewu. Mulai dari pembangunannya, digunakan sebagai kantor Pemerintah Belanda, alihfungsi kantor PT. Kereta Api Indonesia, hingga proses renovasi saat ini. Ada juga maket-maketnya, keren!
Jadi, kesimpulannya Lawang Sewu is amazing! Sayangnya, aku belum sempat menghitung jumlah lawangnya, hahaha. Butuh berapa lama, ya buat membuka dan menutup seluruh pintunya?
Candi Gedong Songo
Perjalanan dari Lawang Sewu cukup lama juga. Jalannya naik turun dan berkelok-kelok di Bandungan, pemandangan perbukitannya begitu indah. Yang bikin tegang waktu bus yang aku naiki berhenti di tengah-tengah jalan menanjak dengan kemiringan sekitar 45 derajat, super sekali! Ternyata karena ada bus dari atas yang mau turun. Karena jalannya lumayan kecil untuk dua bus jadi ngalah, deh. Uu, pak sopir nggak bilang-bilang, sih. Senam jantung, deh jadinya.
Karena hari Minggu, maka bus dan truk dilarang naik sampai tempat tujuan dan harus parkir sekitar satu kilometer di bawahnya. Untuk menuju ke candi, disarankan ngojek aja. Kalau mau jalan kaki relakan rasa pegal menemani Anda, hehehe. Lima ribu rupiah aja buat sekali angkut, dimaklumi karena medan jalannya juga bikin aku ngeri membayangkan kalau saja aku tinggal di situ dan harus melalui jalan yang nanjak dan berkelok-kelok.
Dari tujuh candi yang ada, aku cuma mengunjungi candi pertama. Waktunya mepet, je. Jadi, nggak bisa menjelajah seluruh area candi. Lebih tepatnya bisa dibilang males naik ke atas dan capek, tapi kok kayaknya mirip sama struktur bangunan Candi Sambisari di deket rumahnya Zahro, ya?
Well, well, well (Bu Rosma mode: on) segitu aja catatan perjalananku ke Semarang kemarin Minggu. Mungkin jadi ada yang berminat mengunjungi Semarang setelah membaca review geje buatanku ini, wkwkwk.