Alhamdulillah, minggu kedua di bulan Maret udah berlalu dengan lancar dan sesuai dengan apa yang kuharapkan. Lho, apa masalahnya? (Takutnya tiap minggu kedua aku bakalan mecahin alat gitu... Huft... Semoga ini yang terakhir, amien!)
Di minggu kedua di bulan-bulan yang lalu... (tepatnya sih mulai memasuki semester dua di tahun ini) AKU MECAHIN DUA dari sekian banyak ALAT-ALAT LABORATORIUM KIMIA STEMBAYO!!! Dan tidak beruntungnya tragedi pemecahan alat-alat itu selalu berlangsung ketika praktikum sedang sibuk-sibuknya alias sudah hampir selesai. (Kelompok 2, maafin aku ya.) Nah, berikut ini kronologinya:
Kamis, 12 Januari 2012
Saat jam-jam terakhir praktikum Pemanasan Zat di bawah bimbingan Ibu Dwi Wuryani, S. Pd. dan Ibu Dra. Noor Rochmaningsih selaku guru pembimbing mata pelajaran Melakukan Teknik Dasar Analisis Kuantitatif, secara tidak sengaja aku mecahin sebuah TERMOMETER ALKOHOL. (Yang berisi alkohol tentunya. Pas pecah, alkohol berwarna merah itu mbleber mengenai modulnya Clivi dan meninggalkan noda berwarna pink.) Padahal, termometer itu udah mau dipakai buat rangkaian praktikum yang terakhir. Untungnya, pengukuran suhu yang terakhir dapat segera terselamatkan berkat pinjaman termometer baru dari Bu Noor. Dan tidak berapa lama kemudian, namaku udah tertulis di catetannya Bu Noor. Tepat di bawah nama Ima yang juga mecahin termometer alkohol... (Katanya Bu Noor sih harganya sekitar Rp 30.000,00 tapi alhamdulillah setelah aku ijoli di tempatnya Mbak Ningrum ternyata harganya cuma separonya alias Rp 15.000,00)
Jumat, 17 Februari 2012
Nah, ini nih yang bikin dheg-dhegan. Pagi yang cerah di job Menentukan Massa Jenis Zat Cair di bawah bimbingan Ibu Dra. Endang Purwaningsih dan Ibu Dra. Sulastri selaku guru pembimbing mata pelajaran Verivikasi Alat Ukur, AKU MECAHIN PIKNOMETER!!! Kali ini bukan di saat-saat terakhir praktikum, tapi baru aja memulai serangkaian praktikum. Dan ironisnya, si PIKNOMETER GLASTRON 10 mL itu pecah waktu aku mencucinya sehabis menimbang buat yang Kalium Sulfat 1%. (Waktu itu pas jatahnya Kalium Sulfat 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%.) Jadi, kesimpulannya adalah Kelompok 2 harus ganti piknometer dan maka dari itu harus kalibrasi lagi sebelum lanjutin praktik!!!
Dengan santainya, Yuni minta piknometer baru buat praktik. Mintanya sama Mbak Ningrum, Laboran di Laboratorium Kimia Stembayo. (Saya pastikan bahwa Bu Endang Pur dan Bu Lastri tidak tahu kalau saya habis mecahin sebuah piknometer yang dikenal imut-imut tapi mahal harganya.) Nah, lanjut deh praktikumnya. Dengan alasan masih trauma dan dengan tangan yang masih gemeteran serta wajah yang masih tidak percaya bahwa seorang Diah Lutfi Ani habis mecahin piknometer, aku beralih dari sesi timbang-menimbang dan cuci-mencuci menjadi sesi catat-mencatat dan hitung-menghitung. Hehehe. (Sekali lagi, buat Kelompok 2, maafin aku ya.)
Akhirnya, praktikum di pagi yang jadi kelabu itu pun selesai. Pas saat bel tanda istirahat berbunyi. Duh, leganya... Setelah beres-beres aku bergegas ke ruangnya Mbak Ningrum buat mencatatkan namaku untuk yang keduakalinya di buku Daftar Pemecahan Alat dengan kronologi pecah Piknometer Glastron 10 mL. Diperkirakan harganya sekitar Rp 50.000,00 dan pastinya bisa berubah sewaktu-waktu.
Berminggu-minggu aku mencari, tapi tak kutemukan jua piknometer bermerk Glastron di toko-toko alat kimia sepanjang Jl. C. Simanjuntak. Dan tahukah Anda? PENJUALNYA AJA NGGAK TAHU KALAU ADA PIKNOMETER BERMERK GLASTRON BEREDAR. Ada dua pilihan yang perbandingannya sangat jauh. Dari merk dagang Pyrex dengan harga Rp 110.000,00 dan RRC dengan harga 49.000,00. (Bayangkan betapa mengenaskannya pemecah Piknometer Pyrex 10 mL yang harus kehilangan uang sebesar itu untuk mendapatkan si unyu Pyrex.) Aku mikir-mikir, belum jadi beli.
Waktu konsultasi sama Mbak Ningrum, aku bilang kalau aku udah nyari ke mana-mana tapi si Glastron susah banget nemuinnnya. Akhirnya si mbak pun juga bilang kalau merk itu memang jarang ditemukan di pasaran, haduh... Kesimpulannya aku boleh menggantinya dengan merk yang ada di pasaran aja. Jelaslah aku milih RRC yang harganya 55,45% lebih murah dari Pyrex, hehehe... Akhirnya seminggu sebelum tepat sebulan aku udah berhasil ngijoli dengan uangku sendiri. (Bangga nggak nyusahin orangtua.)
Nah, itu tadi sederet kronologi pemecahanku. Kenapa kok yang piknometer lebih jelas? Biar pembaca tahu kalau piknometer itu harganya mahal walaupun bentuknya imut banget, jadi bisa lebih berhati-hati saat menggunakannya. (Aku bijak kan?)
Seorang teman sejati tak hanya ada saat kita bahagia. Namun, mereka selalu menjadi penopang kita saat kita terpuruk dalam menjalani roda kehidupan.